Wednesday, March 24, 2010

Teknologi Informasi untuk Semua Lapisan Masyarakat ala Microsoft

Teknologi informasi bukan lagi barang eksklusif masyarakat kelas atas di perkotaan. Penetrasi teknologi informasi pun mulai diarahkan memasuki lapisan masyarakat kelas menengah dan bawah hingga ke pelosok pedesaan. Pemerataan akses teknologi informasi menjadi hal mutlak untuk pemerataan kesejahteraan masyarakat.
Namun, ketersediaan akses terhadap teknologi informasi saja tidak cukup karena tidak semua orang khususnya masyarakat yang baru mengenal teknologi informasi untuk pertama kali langsung merasa perlu sesuai kebutuhannya. Pendampingan yang erat terhadap pemanfaatan teknologi merupakan faktor penting.

Demikian salah satu topik pemaparan Akhtar Badshah, Senior Director Global Community Affairs Microsoft dalam pemaparannya dalam CSR Summit 2010 yang diselenggarakan Universitas Indonesia dan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Kamis (11/3/2010) lalu. Akhtar secara khusus juga datang ke Indonesia untuk melihat langsung hasil inisiatif program sosialnya Microsoft Unlimited Potential (UP) di Indonesia.

Berikut petikan wawancara Kompas.com dengan Akhtar Badshah di sela-sela kunjungannya ke Indonesia.

Teknologi Microsoft sudah banyak digunakan orang. Lantas buat apa membuat CSR yang menghadirkan teknologi yang sama di tengah-tengah masyarakat?
Teknologi hanya alat. Tujuan kami dengan program ini adalah membawa teknologi agar masyarakat bisa menggunakan untuk mendukung cita-citanya dengan menggali potensi yang dimiliki.

Siapa saja yang menjadi sasarannya?
Orang punya banyak level berbeda dalam menggunakan teknologi dan banyak spektrum. Kami ingin teknologi bisa dimanfaatkan di semua lapisan masyarakat. Misalnya warga di pedesaan yang baru pertama kali menggunakan teknologi, mereka kami sasar. Kami juga menyasar mahasiswa agar mereka bisa mengembangkan teknologi. Kami juga menyasar entrepreneur agar dapat menggunakan teknologi untuk mendukung bisnisnya. Intinya potensi penggunaan teknologi meningkat di setiap level.

Apa ada komunitas masyarakat tertentu yang mendapat prioritas khusus?
Ada 4 kelompok yang kami utamakan. Pertama para pekerja migran dengan menghadirkan teknologi untuk meningkatkan ketrampilannya. Kelompok kedua petani dengan mendirikan Community Training Center (CTC) yang banyak tidak hanya untuk mereka sendiri tapi juga untuk anak-anak dan wanita di sekitarnya. Ketiga, penyandang cacat fisik agar teknologi bisa membantu pekerjaannya. Keempat, wanita agar lebih atraktif karena merekalah bagian penting dari keluarga, seperti anak-anak belajar dari ibunya.

Program apa yang dijalankan dan bagaimana targetnya?
Ada tiga target utama yang kami sasar. Pertama, mentransformasi pendidikan melalui pelatihan bagi para guru, penggunaan teknologi di kelas, dan penguatan institusi pendidikan. Kedua, mendorong inovasi lokal. Dan ketiga menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi.

Apakah semua program tersebut juga dilakukan di Indonesia?
Kami punya semua proyek tersebut di Indonesia. Masing-masing melalui program yang disebut Partners in Learning di mana telah mejangkau 8 juta siswa di seluruh Indonesia. Kami juga sudah mendirikan 4 pusat inovasi software dengan menggandeng beberapa universitas di Indonesia. Bagi para enterpreneur kami juga menyediakan paket software pengembangan secara gratis untuk mendukung usahanya. Dengan program-program tersebut, kami ingin menjadikan teknologi perubahan positif di dunia.

Sejak kapan program ini dijalankan dan bagaimana hasilnya sejauh ini?
Sejauh ini, kami sudah mendirikan 40.000 pusat teknologi, bekerja sama dengan lebih dari 1000 LSM, dan menjangkau 120 juta orang sejak program tersebut dimulai tahun 2003. Untuk di Indonesia, 14,5 juta orang telah dijangkau dengan total dana yang dikeluarkan lebih dari 5 juta dollar AS. Sejak 2003 sampai sekarang, program ini juga sudah menghasilkan 10.000 orang dengan sertifikasi siap kerja dan menjalin kerja sama dengan 4.000 mitra.

Sebegitu pentingkah LSM sehingga harus bekerja sama dengan mereka untuk menjangkau target masyarakat?
Tentu saja. LSM sangat penting bagi kami karena mereka yang tahu komunitas, mereka yang berkecimpung di dalam komunitas, mereka yang membawa pesan dari komunitas. Maka, kami harus mendukungnya. Microsoft hanya datang membawa teknologi, tapi mereka yang menerapkannya di tengah masyarakat.

Kami juga mengembangkan jejaring LSM. Saat ini sudah terselenggara NGO Connection Day yang menguatkan kerja sama pembangunan kapasitas dan akses ke teknologi. Acara ini akan dilakukan di 30. Sejauh ini sudah 140 LSM tergabung di 14 negara sejak 2005. Microsoft juga memiliki program kepedulian karyawan yaitu 3 hari kerja sosial dalam satu tahun. Sejak 1983 Microsoft dfan karyawannya telah mengeluarkan 3,4 miliar dollar AS dalam bentuk tunai, layanan, dan software untuk mendukung kegiatan LSM di seluruh dunia. Jadi, ini memang sudah DNA kami.

Bagaimana Anda menjamin bahwa program yang dicanangkan bisa berkesinambungan?
Kami tidak akan terus berinvestasi di sebuah proyek. Pasti ada batas waktunya. Namun, kami akan memastikan program tersebut bisa terus berjalan. Saya yakin jika program sukses akan bisa terus berlanjut. Pendekatannya adalah membawa nilai tambah. Tanpa membawa nilai tambah tidak ada tujuan yang pasti untuk masyarakat. Penting bagi kami membawa nilai ke masyarakat karena teknologi bisa bermanfaat mendukung kreativitas dan inovasi. Teknologi bukan jawaban, tapi hanya alat saja. Kami tidak memberi jawaban, tapi sarana agar mereka bisa menemukan solusi sendiri sesuai kebutuhan. Kami tidak membawa uang, tapi mekanisme untuk tumbuh.

COMMENTS :

Don't Spam Here

0 komentar to “Teknologi Informasi untuk Semua Lapisan Masyarakat ala Microsoft”

Post a Comment

 

Copyright © 2010 Indonesian Computer News | insan lammusu. All Rights Reserved. Powered by insan art and Distributed by insan .